Hukum I Newton : benda akan tetap diam atau bergerak lurus bila tidak ada gaya yang bekerja padanya atau jumlah resultan gayanya sama dengan nol. hukum ini juga disebut sebagai hukum kelembaman. ya. aku mencoba melawan kelembamanku. agar aku tidak menjadi manusia yang diam atau hanya bergerak stabil tanpa ada perubahan dan karya dalam hidupku. aku tidak mau BERGAYA NOL!! SMANGAAAAAATTTTTT!!!!!!!

tarbiyah is never end!!

tarbiyah is never end!!

Ahlan wa Sahlan yaa Akhy wa Ukhty...

salam ukhuwah..
semoga blog ini bisa menjadi media silaturrahim dan bermanfaat di jalan kebaikan.

saling mengingatkan di kala lupa dan menasehatkan tatkala khilaf..

marilah kita berusaha mendapatkan 5 hal melalui 5 jalan :
1. berkah rezeki akan diperoleh melalui shalat dhuha
2. cahaya dalam kubur melalui shalat tahajjud
3. kemudahan dalam menjawab pertanyaan mungkar dan nakir melalui membaca al-Qur'an
4. kemudahan melintasi shiratal mustaqim melalui shaum dan shodaqoh
5. mendapat perlindungan arsy Ilahi pada hari hisab melalui dzikrullah

insya Allah,. semoga kita dipertemukanNYA di syurga kelak. aamiin... (^o^)//

Minggu, 29 November 2009

Politik Bagian dari Islam

dikutip dari eramuslim.com
Judul Buku: Dakwah Politik antara Pragmatisme dan Profesionalisme
Penulis: Khalid Ahmad Asy-Syantut
***
Politik Bagian dari Islam
Islam tidak eksis dengan individu-individu, melainkan dengan jama‘ah, dan setiap jama‘ah harus memiliki politik. Ad-Darimi meriwayatkan secara mauquf dari ‘Umar bin Khaththab ra bahwa ia berkata, “Islam tidak eksis kecuali dengan jama‘ah, jama‘ah eksis kecuali dengan kepemimpinan, dan kepemimpinan tidak eksis kecuali dengan ketaatan…” Inilah yang dinamakan politik.
Al-Fanjari (61) mengatakan, “Islam tidak membedakan antara politik dan agama. Allah mengaitkan shalat yang merupakan kewajiban ritual dengan zakat yang merupakan ibadah finansial, dan dengan amar ma’ruf dan nahi munkar yang merupakan aktivitas politik. Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (al-Hajj [22]: 41)
Apakah Praktik Politik Fardhu Kifayah?
Ya, aktivitas politik hukumnya fardhu kifayah. Apabila sebagian dari umat ini telah sanggup melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban bagi sebagian yang lain. Dan apabila tidak seorang pun yang menjalankannya, maka semua umat Islam berdoa. Lalu, apa tujuan aktivis politik menurut Islam?
Ketika Rasulullah SAW wafat, maka para sahabat mulia mencurahkan perhatian untuk mengangkat pengganti beliau. Mereka sibuk mengurusi masalah ini hingga menyesampingkan pemakaman Rasulullah SAW. Apa makna di baliknya? Mereka tidak memakankan Rasulullah SAW sampai Abu Bakar ash-Shiddiq dibai’at, kemudian setelah itu barulah Rasulullah SAW dimakamkan. Ath-Thabari meriwayatkan: ‘Amr bin Harits berkata kepada Sa’id bin Zaid, “Apakah kamu menyaksikan peristiwa wafatnya Rasulullah SAW?” Ia menjawab, “Ya.” ‘Amr bertanya, “Kapan Abu Bakar dibaiat?” Sa’id menjawab, “Pada hari Rasulullah SAW wafat. Mereka tidak senang sekiranya mereka tidak dalam keadaan berjama’ah meskipun sebentar saja.”
Dari sini kita memahami bahwa umat Islam tidak boleh berlama-lama dalam keadaan tanpa imam yang memimpin mereka dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Kalau tidak, maka mereka semua berdoa (Abdurrahman Abdul Khaliq, 9). Jadi, tujuan dari politik praktis hari ini adalah mengembalikan kekhalifahan Islam, dan ia akan kembali sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW. Karena itu, Syaikh Said Hawwa mengatakan, “Selama hukum Islam belum eksis, maka berpolitik menjadi fardhu ‘ain bagi setiap muslim. Keadaan yang tidak terkendali itu tidak bisa menegakkan hukum. Karena itu, adanya pemerintahan itu hukunya wajib. Setiap sesuatu yang dibutuhkan umat Islam untuk mendirikan pemerintahan yang Islami itu juga hukumnya wajib. Semua ini disebut politik (Jundullah, 397).
Dr. Ahmad Syauqi al-Fanjari mengatakan bahwa berpolitik itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Hal itu dipahami dari firman Allah, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran [3]: 104)
Ini adalah salah satu penafsiran ayat. Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu bentuk dari aktivitas politik, dan itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Maksudnya, agar kalian semua menjadi umat yang mengajak kepada kebaikan. Seorang muslim tidak bisa lari dari kewajiban ini dengan beruzlah dan bersikap pasif. Setiap muslim wajib memerhatikan urusan-urusan umat Islam dan persoalan-persoalan politik mereka. Ia harus memelajari problematika mereka dengan berbagai macam sebab dan jenisnya. Setiap orang yang berusaha untuk menyendiri dan lari dari permasalah-masalahan umat Islam, dengan berdalih konsentrasi ibadah dan agama saja, maka dia itulah yang disebut mendustakan agama. Ini adalah cara beragama palsu yang ditentang Islam. Saat menafsirkan ayat tentang orang yang mendustakan agama, Sayyiq Quthub mengatakan, “Agama ini bukan eksterior dan ritual semata. Ia tidak disebut agama selama tidak melahirkan dampak dalam hati yang mendorong untuk melakukan amal shalih dan termanisfestasi dalam perilaku-perilaku yang membuat kehidupan manusia di bumi ini menjadi baik dan maju. Begitu pula, agama ini bukan terdiri dari bagian-bagian yang terpisah-pisah, dimana seseorang bisa mengerjakan bagian yang ingin dikerjakannya dan meninggalkan bagian yang ingin ditinggalkannya. Agama ini adalah manhaj yang komplementer, dimana ibadah dan ritualnya, serta tugas-tugas individual dan sosial bantu-membantu.”
Mengapa Umat Islam Mengabaikan Politik?
Ilmu Kalam (theologi) berkembang luas di kalangan umat Islam pada masa dinasti Umawiyah dan ‘Abbasiyah. Saat itu pemikiran-pemikiran yang mengecilkan urgensi kepemimpinan dikedepankan, sebagaimana yang dikatakan kelompok Mu’tazilah, “Kepemimpin itu wajib berdasarkan logika, bukan berdasarkan syariat.” An-Nawawi membantah pernyataan mereka dengan mengatakan bahwa para ulama menyepakati kewajiban mengangkat seorang khalifah, dan kewajibannya itu berdasarkan syari‘at bukan akal. Pendapat yang dikutip dari seorang penganut paham Mu’tazilah yang bernama al-Asham bahwa kepemimpinan itu hukumnya tidak wajib, dan dari penganut paham Mu’tazilah lain bahwa kewajibannya berdasarkan logika, bukan berdasarkan syari‘at, merupakan pernyataan yang keliru.”
Di antara faktor-faktor yang ikut andil dalam menjauhkan umat Islam dari politik adalah sebagai berikut:
Raja yang Menggigit
Maksudnya adalah ketika penguasa meninggalkan al-Qur’an, sehingga memusatkan perhatiannya pada fikih dan membatasinya pada fikih ibadah ritual, ditambah dengan mu’amalah. Mereka menghindari fiqih siyasah kecuali dalam kasus-kasus yang jarang (seperti al-Mawardi, al-Juwaini dan al-Fara’—semoga Allah merahmati mereka). Karena pembicaraan mereka tentang politik itu akan membuat para penguasa marah. Diwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa ia berkata, “Sungguh, buhul Islam itu akan terurai seutas demi seutas. Setiap kali seutas tali terurai, maka manusia bersiap-siap untuk mengurai tali sesudahnya. Tali yang pertama kali terurai adalah pemerintahan, dan tali yang terakhir terurai adalah shalat.”
Nah, penguasa yang menggigit itu telah menggugurkan prinsip pemerintahan yang Islami, yaitu syura dan baiat. Para ulama bersikap diam sebagai bentuk ijtihad mereka. Menurut mereka, diamnya mereka itu lebih kecil mudharatnya daripada berbicara tentang politik. Pemikiran al-Irja’i dan ath-Thurqi (sufi radikal) sangat dominan, yaitu untuk menjauhi kehidupan sosial. Kehidupan asketik semacam ini masih dipraktikkan oleh banyak umat Islam hingga hari ini.
Raja yang Diktator
Di awal abad 20 masehi terjadi kudeta militer di sebagian besar wilayah dunia Islam. Militer menguasai bangsa-bangsa Islam, memasung kebebasan dan membungkam hak bicara. Pada ulama, pemikir dan dai terbatasi geraknya. Semua itu terjadi akibat rencana dan dukungan zionis dan salib internasional.
Amerika yang mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia itu mendukung diktator-dikator yang mencekik dan menindas bangsanya sendiri, sering kali secara rahasia, dan sesekali secara terang-terangan. Para diktator itulah yang merealasikan keinginan zionis dan salib internasional, yaitu agar bangsa-bangsa tersebut tetap dalam keadaan tertinggal dengan berbagai bentuknya. Dan pada gilirannya, negara-negara tersebut tetap menjadi pasar dimana mereka menjual sumber daya alam—termasuk minyak—kepada Amerika dengan harta yang ditetapkan Amerika. Dan agar negara-negara tersebut menitipkan dana mereka yang berlimpah di Amerika sehingga bisa dimanfaatkan oleh bank-bank Amerika. Bahkan ada seorang diktator yang tega membakar sejumlah ulama di satu tempat. Demikianlah yang dilakukan orang-orang komunis di Kabul. Para ulama, pemikir dan dai dijebloskan ke dalam penjara. Mereka menghadapi berbagai bentuk penyiksaan dan penghinaan.
Ada pula ribuan ulama yang terusir dari negaranya dan menjalani sebagian besar hidupnya secara terasing dan jauh dari tanah airnya. Dengan demikian, para diktator telah menghabisi setiap orang yang punya sedikit saja perhatian tentang politik dan kehidupan sosial. Para diktator itu menyarankan ulama lain untuk menjauhi mereka, dan mendorong umat Islam untuk menjauhi politik dan bekerjasama dengan pihak lain.
Machiavellisme
Dari faktor yang menjauhkan umat Islam dari politik adalah pemahaman keliru tentang politik dicekokkan Machiavelli ke dalam otak manusia, yaitu bahwa politik itu sarat kebohongan, muslihat dan intrik, dan tujuan menghalalkan segala cara. Hal tersebut membantu menjauhkan ulama Islam dari politik. Paham ini didukung dengan paham tentang pemisahan antara agama dan negara di Barat. Ini adalah paham yang sangat berbahaya, karena merupakan salah satu bentuk pemahaman parsial terhadap Islam.
Lalu muncul kebangkitan Islam dan tersebar pemahaman yang benar tentang Islam sesuai yang diturunkan Allah di dalam Kitab dan diajarkan Rasul SAW kepada para sahabat beliau sesuai Sunnah beliau yang mulia. Islam sebagai sistem yang meliputi agama dan duniawi, agama dan negara. Umat Islam menjadi pelajar politik, dan mereka tahu bahwa politik Islam itu berbeda dengan Machiavellisme, sebagaimana ekonomi Islam berbeda dengan sosialisme dan kapitalisme. Karena politik Islam adalah politik etis yang berpijak pada prinsip, bukan pada kepentingan, sebagaimana telah saya jelaskan dalam buku saya yang berjudul at-Tarbiyyah as-Siyasiyyah fil-Muj’ama' al-Islami (Pendidikan Politik di Tengah Masyarakat Islam). Aksioma ini telah tersebar dalam skala luas di kalangan umat Islam pada hari ini, sehingga mereka menuntut penerapan syari‘at Islam dalam kehidupan mereka, dan cara terbaik yang dapat mereka tempuh adalah melalui parlemen dan demokrasi sebagai sebuah sistem dunia hari ini yang mengajarkan bahwa bangsa dengan segenap kebebasannya bisa memilih sistem yang diinginkannya. Dan ketika umat Islam disuruh memilih, maka mereka tidak akan memilih selain Islam, dan mereka tidak akan mau menerima penggantinya.
Pemilu merupakan karakter utama demokrasi, hingga demokrasi didefinisikan sebagai sistem dimana suatu bangsa menentukan pemerintahnya dengan jalan pemilu. (al-Anshari, 385).
Pendidikan Politik
Pendidikan politik berarti menyiapkan individu muslim agar menjadi warga yang baik di tengah masyarakat muslim, mengetahui kewajiban-kewajibannya lalu menjalankannya dengan kesadaran demi mengharapkan ridha Allah, sebelum menuntut hak-haknya, sebagaimana ia mengetahui hak-hanya lalu berusaha untuk memperolehnya dengan cara-cara yang disyari’atkan.
Pendidikan politik merupakan bagian fondamen dari pendidikan Islam, karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang meliputi individu dan masyarakat. Pendidikan politik para hari ini hukumnya wajib, demi menyiapkan elemen-elemen yang baik bagi terbentuknya masyarakat muslim. Pendidikan politik merupakan pilar utama di antara pilar-pilar pendidikan Islam, karena pendidikan Islam itu meliputi pendidikan spiritual, pendidikan intelektual, pendidikan fisik, pendidikan emosi, pendidikan sosial, pendidikan militer, pendidikan ekonomi, dan lain-lain. Islam adalah agama untuk individu dan masyarakat, dan masyarakat Islam tidak bisa eksis tanpa politik yang Islami. Jadi, pendidikan politik itu menyiapkan warganegara untuk menjalankan urusan-urusan umum dalam lapangan kehidupan, dan membekali mereka agar bisa menjalankan kewajiban-kewajiban mereka, mempertahankan hak-hak mereka. Pendidikan politik dimulai sejak usia dini dan berlangsung sepanjang hidup. (Utsman Abdul Mu’iz, 13)
Semua lembaga pendidikan dalam masyarakat, seperti keluarga, sekolah, forum, media informasi baik cetak maupun elektronik, perguruan tinggi dan perpustakaan umum, harus ambil bagian dalam menyiapkan warga negara muslim secara politis agar tercipta masyarakat muslim.
Di antara ujian yang dihadapi umat Islam hari ini adalah ketakutan mereka terhadap politik, serta jauhnya para ulama dan dai dari ranah politik setelah Machiavelli mendistorsi pemahamannya, dan sesudah kelompok sekuler, anti agama dan musuh-musuh umat Islam itu mengambil kendali politik. Mereka pun melihat negara-negara yang hancur akibat pertikaian di antara partai-partai politik di dalamnya, seperti yang terjadi di Lebanon dua dasawarsa ketujuh dan kedelapan dari abad dua puluh. Mereka mengira bahwa setiap negara akan berani berpolitik itu akan mengalami seperti apa yang dialami Lebanon. Hal ini jauh dari kebenaran. Apa yang terjadi di Lebanon itu karena masyarakat Lebanon tidak memahami politik. Bangsa tersebut dan bangsa-bangsa lain tidak memperoleh pendidikan politik yang menyiapkan warna muslim untuk mendahulukan kewajiban-kewajibannya terhadap masyarakat sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah dan mengharapkan ridha-Nya, sebagaimana ia menuntut hak-haknya dengan cara-cara yang disyariatkan.
Konflik antar partai dengan menggunakan senjata merupakan bukti yang kuat akan ketidak-tahuan penduduk negeri tersebut tentang perpolitikan. Karena politik itu bukan militer, tetapi aksi militer itu bermula ketika aktivitas politik gagal. Ketika kita mendapati sebuah konflik bersenjata di suatu negara, maka itu merupakan bukti yang jelas akan kemunduran penduduk negeri tersebut dalam aktivitas politik, dan kebutuhan mereka yang mendesak terhadap pendidikan politik.
Tidak diragukan bahwa negara-negara Eropa Barat khususnya dan Amerika Utara maju dalam bidang politik. Karena itu, kita belum pernah mendengar konflik bersenjata yang berarti di Eropa Barat atau Amerika Utara. Karena pemilihan umum, multi partai, pergantian rezim dan kebebasan berpendapat dan berkeyakinan telah menjadi aksioma yang mengakar kuat di tengan masyarakatnya.

Kamis, 19 November 2009

cie,, yang lagi sebel..

ada yang bilang,,
"kalau kita mau kegelapan,, ga usah repot2 nyuruh orang matiin lampu,
lalu??
merem aja,, jadi gelap kan??"

apa maksudnya??
maksudnya gini, klo kita mau melakukan sesuatu, kebaikan atau apapun itu, jgn apa2 nyuruh org yg ngelakuin, tapi kitanya dulu yg mulai melakukannya, nanti orang pun akan memperlakukan qt seperti itu juga,, atau orang lain akan mencontoh kita juga tanpa disuruh..

tapi...
yg terjadi pada kenyataannya,

mungkin kita sering ngalamin,, knp koq orang lain tdk memperlakukan kita sebaik kita memperlakukan mereka?
bukan maksudnya pamrih, tp kan alangkah wajarnya klo kita mau diperlakukan baik sebagai balasan dari ketika kita memperlakukan dia dgn baik.

misalnya,,
kalo minjem buku orang, sebisa mungkin dikembalikan tepat waktu, dalam kondisi seperti saat kita meminjam,, minjemnya bagus, insya Allah balikinnya juga bagus.
minjem pulpen, penghapus, klo udh selesai langsung dikembaliin.

eh,, tapi seringnya, buku kita yg dipinjem, suka ga dibalikin klo bukan kita yg nagih2,,
atau dibalikin dalam keadaan rusak, lecek, basah,, (hiks, hiks,,)
atau barang kita yg dipinjem suka ga balik, malah hilang, atau mencar ga tau kemana..
haduuhh,,,

kenapa ya?

anybody wants to answer my question??

Rabu, 18 November 2009

perintah Allah memang selalu DAHSYAT!!!

pas lagi browsing tentang otak dan pembelajaran,, eh nemu artikel ini dari blog orang,,


judulnya.. HUBUNGAN SHALAT DAN GELOMBANG OTAK MANUSIA..

Belum lama berselang, pada sebuah sesi kajian di Masjid Asy-Syakirin Kuala Lumpur, seorang jamaah bertanya,”Ustadz, saya merasa belum bisa secara maksimal memperoleh manfaat dari Sholat. Saya pikir itu karena saya belum bisa benar-benar khusyu’ saat menjalankan Sholat. Bagaimana caranya memprogram pikiran kita agar bisa melaksanakan Sholat dengan khusyu’?”
Sesungguhnya melaksanakan Sholat itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’
Mari kita mulai dengan bertanya pada diri sendiri, saat akan melaksanakan Sholat, apakah kita merasa berat? Jika jawabnya ”ya”, maka saat itu kita memang jauh dari khusyu’ karena kita merasa berat melakukannya. Jika jawabnya ”tidak”, maka kita sudah berada pada track untuk melaksanakan sholat dengan khusyu’, karena kita terhindar dari perasaan berat menjalankan Sholat. Selanjutnya bagaimana kita meninggikan derajat ke-khusyu’-an kita sepanjang Sholat kita? Sesungguhnya khusyu’ adalah dari Allah SWT. Sebagai hamba kita berupaya untuk menuju pada ke-khusyu’-an, menjemput ke-khusyu’an demi kesempurnaan Sholat kita.

Masuk ke dalam State Sholat
Saat kita tenggelam dalam aktivitas duniawi kita, bisa dipastikan kita bukan berada pada state Sholat. Dan pada saat kita hendak beralih atau masuk ke dalam state Sholat, ada kalanya kita berhasil melakukan dengan cepat, kadangkala tidak. Jika yang terakhir ini yang terjadi, maka saat kita melaksanakan Sholat kita belum berada pada state Sholat. Akibatnya banyak gangguan dalam pikiran kita yang membuat kualitas ke-khusyu’-an Sholat kita menjadi berkurang.
Kalau kita mempelajari NLP (neuro linguistic programming), Hypnosis atau ilmu lain tentang pemberdayaan pikiran, kita mengenal beberapa tingkat gelombang otak. Dalam aktivitas normal biasanya kita berada di gelombang Beta atau yang lebih tinggi. Saat kita rileks, santai, tenang kita menurunkan gelombang otak ke Alpha. Bisa jadi kebanyakan dari kita melaksanakan Sholat di gelombang ini. Jika saat sholat kita berada pada gelombang Alpha tinggi, sangat mungkin pikiran kita masih bisa terganggu dengan hal-hal lain karena belum benar-benar single focus hanya untuk berserah diri dan menyembah Allah SWT. Semakin rendah gelombang otak kita, maka semakin fokus dan semakin khusyu’ Sholat kita. Idealnya saat mengangkat takbir kita sudah berada di ambang gelombang Theta (lebih rendah lagi dari Alpha). Saat kita menikmati Sholat maka gelombang kita terus menurun dan terjaga di Theta mendekati Delta, sehingga pikiran kita tidak lagi terganggu dengan bayangan, gagasan atau informasi di luar Sholat kita.

Titian pikiran menuju State Sholat
Bagaimana cara kita agar pada saat Sholat kita sudah benar-benar berada pada State Sholat yang terbaik? Allah SWT melalui Rasulullah SAW telah memberikan jalan yang sebaik-baiknya. Sholat bukanlah sekadar gerak tubuh dan hafalan ucapan yang dimulai dengan Takbir sampai diakhiri Salam. Sholat adalah sarana berkomunikasi, berikrar, berserah diri dan menghamba secara total kepada Allah SWT. Karena itu ada sebuah jalur titian yang tersedia untuk memfasilitasi kita memastikan kita melaksanakan Sholat pada state Sholat yang terbaik.

Adzan (Beta ke Alpha)
Dengarkanlah, pahamilah dan resapilah makna Adzan. Jawablah Adzan dengan sepenuh hati, rasakan makna ucapan kita, bayangkan diri kita sedang mendengarkan dan menjawab panggilan suci untuk menghadap Allah SWT. Lanjutkanlah dengan do’a sesudah Adzan, dan rasakan ketenangan, rasa nyaman dan rileks mulai kita rasakan, sebagai titian awal kita menuju state Sholat kita.

Wudlu (Alpha ke Theta)
Niatkanlah berwudlu untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita setelah sekian lama berada dalam kesibukan dunia. Saat air menyentuh kulit kita. Serta bagian-bagian tubuh lainnya rasakan bahwa diri kita semakin bersih, semakin ringan dan semakin tenang bersiap menghadap Allah SWT. Biarkan suara gemercik air yang terdengar membawa pikiran kita semakin rileks, semakin tenang dan semakin dan semakin nyaman.

Sholat (Theta ke Delta)

Saat melangkah di tempat Shalat rasakan langkah kita semakin dekat untuk berhadapan dengan Allah SWT. Sebelum takbir, mantapkan niat, berserah diri sambil menarik nafas dalam-dalam. Angkatlah Takbir sambil menahan nafas dan mengucapkan ”Allahu Akbar”. Dan ketika tangan sudah bersedekap hembuskanlah nafas perlahan-lahan, dan kita merasakan tubuh kita sangat ringan, tenang dan nyaman. Seolah kita tidak lagi merasakan sedang menyangga badan atau menginjak sajadah ataumenempelkan tangan di dada. Semakin lama terasa semakin ringan, melayang dan nyaman sekali. Di saat itu sama sekali tidak ada ketergesaan, keinginan segera selesai, atau menghitung-hitung rekaat yang tersisa. Seolah bergerak dan terjadi dengan sendirinya karena bawah sadar kita telah mengendalikan gerak dan bacaan kita dalam ke-khusyu’-an.

Dzikir/Wirid (Theta ke Alpha)
Seusai mengucapkan Salam, kita hindari untuk langsung beranjak dan beraktivitas kembali. Biarkan gelombang otak kita secara gradual mulai naik dari state Sholat di Theta kembali Alpha. Sambil ber-dzikir atau membaca Wirid, kita rasakan ucapan, gerak dan perasaan kita meemberikan sensasi kenyamanan. Kita merasakan bawah tubuh kita menempel di sajadah, tangan kita bertumpu di paha, kepala bergerak-gerak seirama bacaan. Saat itu gelombang otak kita mulai merambat naik menuju Alpha.

Berdo’a (Alpha ke Beta)
”Sesungguhnya Aku adalah mengikuti persangkaan Hambaku”. Saat berdoa kita memanjatkan harapan, permintaan dan keinginan. Semakin kita memahami makna ucapan kita, semakin kita meyakini doa kita pasti terkabul. Semakin kita yakin maka semakin besar kemungkinan doa kita terijabah. Apakah langsung terealisasi, ditunda waktunya, atau diganti dengan yang lebih baik bagi kita, semuanya adalah bentuk terijabahnya doa sesuai perkenan Allah.
Saat memanjatkan Doa itulah gelombang otak kita sudah mulai naik lagi menuju Beta, dan mulai menyiapkan diri kita kembali pada aktivitas duniawi kita. Saat kita bangkit dari duduk dan melangkah, kita merasakan melewati titian menuju ke state awal kita.
Dua titian yang pertama, yaitu Adzan dan Wudlu sangat mungkin berbalikan waktunya, yaitu berwudlu terlebih dahulu sebelum Adzan. Itupun tetap bermanfaat membawa diri kita menuju State Sholat yaitu mulai dari gelombang Beta menuju ke Theta. Apapun urutannya, afirmasikan dalam diri untuk menurunkan gelombang otak, menuju ke state Sholat dengan niat melaksanakan sholat dengan khusyu’ dan penuh kepasrahan pada Allah SWT.
Jadikanlah Sholat dan Sabar sebagai penolongmu
Insya Allah apa yang tertulis ini adalah sharing dari apa yang telah penulis alami dan jalani sehari-hari, sebagai sebuah pengalaman aktual dalam penghambaan kepada Allah SWT. Penulis meyakini bahwa Sholat adalah kebutuhan manusia karena memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat beriman yang melaksanakannya. Semoga Allah melimpahkan petunjuk dan hidayahNya serta AmpunanNya bilamana sharing ini mengandung kekeliruan atau kekurangan karena ke-fakir-an serta ke-dhaif-an penulis.
Astaghfirullahaladzim. Astaghfirullahaladzim. Astaghfirullahaladzim. Innallahaghofururrohiim.

Sidoarjo, 5 Mei 2009
Abdul Aziez
Sumber:  portalnlp.com, artikel asli berjdul: State Shalat dan Gelombang Otak

revolusi BELAJAR?

Dikutip dari buku "be an absolute GENIUS" karya Sutanto Windura, terbitan PT. Elex Media Komputindo, Gramedia Jakarta

seorang anak yang punya gaya belajar kinestetikal kuat, sedapat mungkin dibebaskan untuk bergerak sambil belajar. jika tidak, seluruh konsentrasinya akan dipakai untuk mengendalikan dirinya agar tidak bergerak. artinya, dia tidak akan belajar sama sekali! (halaman 24)

dahsyat ya?? ternyata sistem pembelajaran yg berlaku selama ini di Indonesia -guru ceramah di depan kelas dan siswa 'tertuntut' untuk duduk manis di bangkunya- telah membuat siswa bergaya belajar kinestetikal malah tidak mengikuti proses pembelajaran sama sekali. wajarlah kalau begitu bila siswa menganggap sekolah sebagai kegiatan yang membosankan.

trus gimana buat yang visual sm auditorial?

kurang lebih sama.

buktinya, kalau ada siswa yang mendengarkan musik sambil belajar -pake mp3- pasti sama gurunya dilarang atau disita,, padahal tanpa sepengetahuan guru, siswa tersebut adalah anak bergaya belajar auditorial yang butuh musik untuk menjaga keseimbangan kerja otak kanan dan kirinya.

yang visual juga. mereka membutuhkan banyak animasi dalam pembelajaran. mereka butuh visualisasi konkrit mengenai materi yang disampaikan. tapi sayangnya, mayoritas guru di lapangan saat ini, minim kreativitas dalam penyediaan media pembelajaran yang 'menarik', sehingga siswa terjebak dengan kondisi yang memaksanya untuk -lagi-lagi- tidak belajar sama sekali.

hmm,, jangan-jangan ini terjadi karena sang guru tersebut tidak mengerti 'learning how to learn' juga??

PR kita bersama nih..

-semoga bisa jadi bahan renungan untuk yang peduli pada pendidikan-

Minggu, 15 November 2009

START!! sebuah kata penanda PERMULAAN

ya,, semua orang juga tau,,
bukan itu yang ku maksud,,
lebih luas lagi..

dulu pernah ada konflik dalam sebuah organisasi
hampir terjadi perpecahan antar dua kubu. (lucu sekali dalam satu tubuh ada dua kepala)

masing-masing berpendirian kuat dengan keyakinannya
kami yang benar,, bukan. kamilah yang benar.

segala sesuatu butuh proses, Za,, anak bayi aja pertama merangkak dulu, ga bisa langsung jalan. jadi kalau mereka belum bisa berubah, ya jangan dipaksakan,,

tapi sampai kapan?? perubahan tidak akan dimulai kalau tidak ada garis penandanya. titik START!! anggaplah permasalahan ini yang jadi titik STARTnya,, supaya ke depan perubahan itu bisa dimulai.

lalu,, sekarang,, tepatnya malam ini,, titik START ku pun dimulai lagi,,
sebuah guncangan hebat ku rasakan
guncangan yang sesungguhnya adalah bentuk sayang-NYA kepadaku

malu aku

ternyata aku begitu hina

ya Allah,, ampuni segala salah dan khilafku,,
hanya Engkau lah penunjuk jalan yang lurus
tunjukilah aku ke jalan orang-orang yang Kau cintai dan mereka pun mencintai-Mu...

bila dengan melalui-'nya' Engkau menegurku,, aku ikhlas ya Allah.................

-eliza tiara dwiyanti-

rekan,.

siapa yang punya??

Foto saya
Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
aku,. adalah muslimah yang selalu berusaha mendapatkan ridho Allah dalam setiap gerak langkah.. biarlah usiaku singkat, asalkan karya juangku bisa membuat Islam bangga.. asalkan dapat ku mahkotai kedua orangtuaku di syurgaNya kelak.. biarlah nafasku terhenti dini,. asalkan dapat ku tutup mata dengan asyhadu an-laa ilaaha illallah... (aamin..)